Sunday, November 26, 2017

Musik dan Romantisme


     Musik sangat melekat di dalam kehidupan manusia. Bagaimana tidak? memang dari dulu musik-musik sudah digunakan untuk berbagai kehidupan manusia, seperti meningkatkan semangat berperang. Berarti dari dulu musik memang sudah digunakan untuk memicu suasana tertentu.

     Namun, di beberapa waktu, seringkali musik tercipta karena situasi tertentu. Maksudnya adalah musik yang diciptakan terinspirasi oleh suatu situasi atau keadaan. Misalnya ada beberapa komposer yang menciptakan musiknya karena terinspirasi oleh hiruk-pikuk kota besar yang padat penduduk, sehingga ada berbagai jenis suara seperti sirene ambulan yang melaju. Lalu apa semua hubungan semua hal ini dengan romantisme?

     Apa itu suasana romantis? Romantis adalah suatu perasaan puas dan ekspresif dari atraksi atau ketertarikan yang terjadi secara emosional terhadap orang lain. Romantis merujuk pada perasaan dan suasana yang biasanya sangat ekspresif diungkapkan. Suasana yang seperti ini dapat memberikan inspirasi bagi para komponis untuk membuat suatu alunan lagu. Misalnya ada dinamika lembut dan keras yang muncul di dalam lagu yang dibuat untuk menggambarkan suasana yang sentimental. Sebaliknya, yang sering digunakan untuk pembuatan film, misalnya lagu-lagu dengan dinamika yang luas dan tempo sedang cenderung lambat atau bahkan seringkali bertangga nada minor memberikan situasi yang memicu perasaan romantis.

     Namun, bagaimana musik dapat mempengaruhi romantisme? Sebenarnya apa yang musik lakukan adalah memberikan pemicu. Musik, selain ditangkap oleh indra auditori, musik memberikan penggambaran visual. Stimulus, dalam hal ini musik akan ditangkap oleh otak dan bekerja pada sistem limbik yang merupakan salah satu pusat emosi pada otak. Beranjak dari hal tersebut, maka musik itu akan memicu hormon-hormon yang memberikan rasa “pleasure” atau kesenangan serta berbagai emosi-emosi lain yang terpicu dengan unsur-unsur musik yang didengar. Selain itu, lirik-lirik yang juga digunakan di dalam musik tersebut (yang lebih tepat disebut lagu), akan memproses sisi kognitif otak seperti me-recall memori, memberikan suatu persepsi serta penggambaran visual yang akhirnya memicu perilaku dan suasana hati pendengarnya. Saat itulah lagu tertentu bisa memicu suasana tertentu, misalnya suasana romantis.

     Ludwig Van Beethoven, sebagai salah satu komponis dan juga pemusik yang terkenal, merupakan salah satu komponis yang dianggap sebagai salah satu pelopor awal musik pada era romantik. Lagu-lagunya penuh dinamika, terkadang lembut, namun terkadang keras, terkadang lambat, tapi terkadang sangat cepat. Menurut sejarahnya, Beethoven merupakan salah satu komponis yang banyak menciptakan lagu untuk menceritakan percintaannya dengan wanita yang dicintainya. Pengalaman-pengalaman itu akhirnya memberikan inspirasi bagi Beethoven untuk menggubah lagu-lagu dengan suasana yang seringkali dianggap emosional, seperti Moonlight Sonata atau Fur Elise.

     Jadi Musik mempengaruhi suasana romantis atau suasana romantis mempengaruhi musik? Ya… meskipun ini opini penulis, mungkin kedua hal tersebut saling berkesinambungan dan berhubungan antara satu dengan yang lain. Bagaimana menurut Anda?

Thursday, November 2, 2017

Tempo


     Tempo adalah ketukan yang mengatur kecepatan suatu hal, misalnya gerakan dan musik. Di dalam musik, tempo digunakan untuk menentukan suasana yang diharapkan suatu lagu. Misalnya, lagu sedih biasanya menggunakan tempo yang lambat, sedangkan lagu yang riang menggunakan tempo agak cepat.

     Di dalam musik, tempo  diukur dengan ukuran BPM atau beats per minute. Misalnya 60 BPM berarti ada 60 ketukan dalam 1 menit dan seterusnya. Sedangkan tempo sedang itu dianggap sama seperti ketika tempo manusia berjalan santai. Sehingga tempo sedang disebut dengan istilah Andante (berasal dari kata Andare yang artinya berjalan kaki).

     Namun tempo di dalam musik, sebenarnya bukan semata-mata hanya berbicara mengenai musik. Namun, tempo sebenarnya berbicara mengenai beberapa sisi kemanusiaan manusia. Contohnya adalah kesabaran. Di dalam tempo mengandung nilai kesabaran. Ketika seorang pemusik bermain dengan tempo tertentu, ia harus menyelaraskan semua permainannya dengan tempo tersebut. Ia tidak boleh bermain lebih cepat dari tempo yang ditentukan dan harus sesuai dengan bunyi metronome (alat yang membunyikan, mengatur dan mengukur tempo). Artinya, tempo dalam musik juga berbicara tentang kedisiplinan karena kondisi tersebut sebenarnya sama dengan kondisi di kehidupan kita. Menaati lampu lalu lintas misalnya. Bila warna pada lampu lalu-lintas belum menjadi hijau, maka pengendara belum boleh melewati nya. Namun sebaliknya, bila seseorang pemusik bermain lebih lambat atau lebih cepat dari tempo yang ditentukan, artinya sama dengan ketidakdisiplinan. Dalam kondisi nyata, berarti pengendara tersebut mungkin malah berhenti ketika lampu lalu lintas berwarna hijau atau malah melintas ketika lampu lalu lintas berwarna merah.

     Tempo berbicara mengenai kestabilan. Ketika pemusik memainkan lagu tertentu, biasanya tempo lagu yang dimainkan sifatnya stabil. Hal tersebut sebenarnya menyangkut nilai kemanusiaan juga. Misalnya, di dalam mengendara, seseorang dengan tempo stabil akan berkendara dengan tempo yang stabil, tidak berkebut-kebutan dijalan raya.

     Tempo berbicara mengenai nilai “pada waktunya.” Di dalam kehidupan tempo mengajarkan kita untuk melakukan sesuatu pada waktunya. Tidak mendahului sesuatu yang belum waktunya. Misalnya, makan meskipun belum lapar atau makan sebelum waktunya istirahat.

     Alam semesta memiliki tempo nya sendiri.  Ada saatnya kita lapar di waktu tertentu meskipun kita tidak mau menjadi lapar, ada saatnya kita mengantuk meskipun kita ingin terus tersadar. Ada saatnya kita menjadi kenyang meskipun keinginan untuk makan masih ada.

     Mengerti tempo alam semesta tidaklah mudah. Namun, satu hal yang pasti, tempo alam semesta pasti memberikan kebahagiaan bagi umat manusia, meskipun di dalam prosesnya terjadi penderitaan. Misalnya seseorang yang telah bekerja dengan sangat keras tidak juga memperoleh keberhasilan. Artinya menurut tempo alam semesta belum saatnya diberikan keberhasilan, namun setelah kerja keras itu terus dilakukan akhirnya membuahkan hasil. Berarti menurut alam semesta itu adalah tempo yang terbaik. Maka pemahaman mengenai tempo yang baik membuat kita lebih menyerahkan diri kepada sang semesta untuk bertindak karena alam semesta mengetahui tempo terbaik di dalam kehidupan kita.

     Oleh sebab itu, belajar bermusik sebenarnya tidak selalu tentang menjadi musisi. Belajar musik memiliki nilai yang lebih dalam dari sekedar musik. Bermusik mengajari kita untuk menjadi manusia yang lebih utuh dengan semua kandungan nilai-nilai kemanusiaan di dalamnya. Melatih tempo dalam bermusik juga artinya bukan sekedar melatih tempo, melainkan melatih diri menjadi manusia yang lebih baik.

Saturday, July 8, 2017

Gagal dan gagal!

     Gagal adalah suatu kondisi yang sangat menakutkan bagi sebagian, tidak, bahkan hampir setiap orang pasti takut merasa gagal atau mengalami kegagalan. Ya, sebenarnya kegagalan adalah suatu hal yang memang cenderung membuat seseorang merasa frustrasi, rendah diri, sedih dan semua emosi negatif lainnya. Tentu ini tidak disangsikan lagi. Hal tersebut dapat diibaratkan seperti hujan deras. Dibalik hujan yang deras, biasanya terdapat pelangi yang indah. Tetapi, pelangi yang indah itu juga belum tentu kunjung datang. Lalu harus bagaimana? Ketika kegagalan dan kegagalan terus terjadi meskipun telah bekerja dengan sangat keras. Hasil yang diharapkan tak kunjung datang. Ini pasti akan membuat frustrasi, kasus terburuk, kegagalan yang terus menerus bisa menjadi salah satu penyebab gangguan mental tertentu, misalnya kegagalan di dalam keuangan, menjalin hubungan percintaan, hubungan interpersonal dan masih banyak lainnya.
     Tulisan yang dibuat ini bukanlah suatu tulisan yang telah dibuat oleh seseorang yang telah berhasil bangkit dari kegagalan. Tulisan ini mungkin menjadi suatu bentuk katarsis dari perasaan-perasaan kegagalan yang seringkali dirasakan. Namun, tulisan ini juga menjadi alat untuk berbagi dari hal-hal yang dialami penulis.
     Penulis hanya berusaha melihat arti dari kegagalan. Pepatah kata menyatakan bahwa kegagalan adalah awal dari kesuksesan. Tentu tidak ada yang bisa menjamin itu. Mungkin saja kegagalan adalah awal dari kegagalan yang lain. Bukankah begitu?
     Mari kita menilik kegagalan. Ketika kita mengalami kegagalan, sebenarnya ada dua hal yang bisa kita lakukan. Berhenti berusaha atau terus berusaha sampai hal yang diharapkan terjadi. Namun, sebelum memutuskan untuk bertindak, ada beberapa hal yang sebenarnya kita dapat peroleh dari kegagalan. Mengutip pernyataan dari seorang guru, kegagalan itu membuat kita mengetahui apa hal yang tidak boleh kita lakukan. Dari kegagalan, kita memperoleh pengalaman secara pribadi terhadap realita hidup. Dari kegagalan, kita bisa belajar menjadi pribadi yang lebih kuat. Dari kegagalan, kita bisa mempelajari kesabaran. Ya, bicara memang mudah, semua kata-kata ini pasti tak akan ada gunanya bagi kita yang sedang merasa gagal bukan? (mungkin termasuk penulis).
     Tapi, mungkin penulis menemukan makna penting dari kegagalan yang akhirnya menguatkan penulis untuk lebih semangat berusaha melampaui dan mengatasi kegagalan yang dialami. Kita, sebagai manusia memiliki suatu kebutuhan untuk bertumbuh dan berkembang secara mental menjadi pribadi yang lebih baik. Di dalam proses berkembang, pasti ada masa "jatuh-bangun" yang dialami, Nah kalau sudah terlanjur sedang "jatuh", mungkin, satu-satunya hal yang bisa dilakukan adalah mencari manfaat yang bisa diambil, sehingga ketika bangun kembali, kita menjadi pribadi yang berbeda. Oleh sebab itu, bila kita mau bertumbuh dan berkembang, berarti kita harus mengalami kegagalan(mungkin juga tidak selalu gagal.). Artinya, kita harus tetap fokus pada kebutuhan kita untuk berkembang menjadi pribadi yang lebih baik, sehingga ketika kegagalan terjadi, kita tetap punya keberanian untuk menerobos perasaan "gagal" yang kita rasakan. Paling tidak ini adalah hal-hal yang menjadi penyemangat bagi penulis ketika sedang jatuh, Bagaimana dengan kalian?

Thursday, April 27, 2017

"Lakukanlah dan Biarkan Alam Membimbing Kamu"

     "Lakukanlah dan biarkan alam membimbing kamu" adalah suatu kalimat yang pernah dilontarkan salah satu pecinta ilmu pengetahuan dan seni  kepada penulis sekitar 2 tahun yang lalu. Kalimat ini tiba-tiba terngiang-ngiang di kepala penulis. Mudah-mudahan sharing kali ini dapat memberikan manfaat.
     Berbicara mengenai hidup dan kehidupan, pasti tidak akan ada habisnya. Hidup ini amat misterius untuk diungkap semua misterinya. Salah satu misteri yang sulit terungkap adalah mengenai alasan kita hidup di dunia ini. Bagaimana tidak? Kita tidak pernah meminta untuk diberikan nafas kehidupan oleh Sang Pencipta, tapi nyatanya kita diberikan. Lalu, mengapa kita harus hidup? Tentu ini misteri yang tidak ada habisnya.
     Berbagai perspektif dilakukan untuk menjawab misteri-misteri yang tak terungkap ini. Ada yang menggunakan pendekatan agama, seperti kita hidup memiliki panggilan untuk mengerjakan sesuatu, seperti menjadi pemimpin agama tertentu, menjadi guru dan sebagainya. Menurut pandangan psikologi humanistik, mencapai aktualisasi diri merupakan salah satu hal yang penting untuk menjawab pertanyaan mengapa manusia itu hidup. Aktualisasi diri menyangkut pengenalan tentang dirinya, pemaknaan mengenai jati diri dan apa yang ingin ia kerjakan di dalam hidup ini.
     Namun, di luar dari semua pendekatan-pendekatan tersebut ( tentu banyak pendekatan-pendekatan lainnya), mungkin pendekatan terbaik tetap harus muncul dari dalam diri sendiri. Mungkin kita harus terus bertanya ke dalam diri kita sendiri, mengenai jati diri sejati kita, untuk apa kita hidup dan apa yang ingin kita lakukan di hidup ini. Semua pertanyaan ini tidak akan langsung terjawab begitu saja. Namun, di dalam proses menemukan jawabannya alam akan membimbing kita untuk menemukan jawabannya. Setelah menemukan jawabannya, maka akan muncul pertanyaan-pertanyaan lain dan alam akan membimbing kita menemukan jawabannya lagi, sampai menemukan kesimpulan-kesimpulan tertentu. Ketika kita sudah menemukan apa yang ingin kita lakukan, beranikah kita menjalankannya?
     Tentu tidak mudah, contohnya, bila seseorang ingin menjadi dokter, tetapi akan ada banyak hal dan resiko untuk mencapai yang ia inginkan. Memerlukan biaya yang banyak misalnya atau belajar hal-hal yang sulit. Tantangan-tantangan lain akan muncul. Lalu harus bagaimana? Mungkin jawabannya (meskipun terkesan klise dan umum) kita tidak boleh menyerah. Alam akan menuntun kita untuk menemukan jalan keluar. Selama apa yang kita ingin capai merupakan benar-benar sesuai dengan kehendak dari jati diri atau sesuai dengan hasil perenungan mengenai aktualisasi diri yang kita temukan di dalam hidup. Namun, sesuai atau tidak tentu harus diuji. Proses kehidupan seringkali mengarahkan kita ke tempat yang mungkin bukan kita harapkan. Tetapi, mungkin di sanalah terselubung bimbingan alam untuk membuat kita memahami yang sebenarnya kita inginkan, yang memang selaras dengan kealamian diri kita.
     Apakah tulisan ini benar? Ataukah penulis hanya mengada-ada? tentu pandangan skeptis seperti itu sangatlah wajar. Bahkan, mungkin ini masih sekedar hipotesis. Namun, paling tidak inilah kesimpulan sementara yang penulis dapatkan dari hasil buah perenungan kehidupan yang masih misterius ini. Semoga bermanfaat bagi setiap orang yang berusaha mencapai cita-cita, impian, maupun realisasi dari Diri-Sejatinya yang masih tersimpan di dalam lubuk hatinya. 

Sunday, April 23, 2017

Ketika Mengajar Musik Bukan Hanya Tentang Musik

     Tak dipungkiri bahwa musik adalah bagian yang tak terpisahkan dari manusia. Meskipun seseorang mengaku tidak menyukai musik, atau tidak suka mendengar musik, tapi keberadaan musik tetap menjadi bagian yang tak terpisahkan dari manusia. Pasalnya, musik itu tak selalu berkaitan dengan nada-nada. Suara di sekitar kita, bunyi suara knalpot, bunyi material yang sedang dipukul, bunyi suara manusia, suara hewan, klakson mobil dan semua suara adalah bagian dari musik. Bahkan, kondisi hening atau tanpa suara adalah bagian dari musik.
     Dewasa ini, pembelajaran musik bukan lagi melalui trial and error saja, tetapi banyak kurusus, lembaga bahkan sekolah yang menyediakan pendidikan musik secara lebih formal. Namun, tak dipungkiri bahwa sebenarnya siswa-siswa yang mengikuti kursus tidak semuanya menyukai musik. Beberapa hanya karena kewajiban sekolahnya, sebagian mengisi waktu luang, sebagian karena paksaan dari orangtuanya. Lalu, apakah kita harus memaksakan para siswa untuk mencintai les musik?
     Sebagai salah satu orang yang bergelut di dalam dunia musik kerapkali menemukan situasi demikian. Mengetahui bahwa siswa akan sulit berkembang. Tak jarang bergumul dengan kondisi tersebut. Namun, setelah berada di dalam perenungan panjang, ada satu jawaban yang bisa dibagikan. Bahwa kita harus memberikan materi musik yang dibutuhkan siswa. Idealisme tetentu terkadang tidak membuahkan manfaat bagi orang lain dan diri sendiri. Akhirnya, penulis paham bahwa musik bukan hanya tentang musik.
     Beberapa siswa lebih membutuhkan filosofi dari musik dan pendidikannya dibandingkan kemampuan untuk menguasai instrument musiknya. Di dalam suatu musik dan pendidikan musik, terdapat nilai-nilai kehidupan, seperti keberagamaan, kebersamaan, indahnya hukum alam, kerja keras, kedisiplinan, saling menghargai, keindahan, kemandirian dan banyak hal lainnya.
     Penulis akan memberikan beberapa contoh penjelasan mengenai kaitan nilai-nilai tersebut dengan musik. Saling menghargai misalnya. Di dalam permainan musik solo maupun grup, biasanya akan selalu ada bagian yang mengiringi dan satu lagi merupakan bagian dari melodi lagu. Sebagai pengiring, sudah seyogyanya ia menghargai pemain soloist yang menampilkan melodi lagunya dengan cara bermain lebih lembut dan suara yang lebih pelan. Namun, di saat tertentu pengiring menjadi lebih menonjol, ketika bagian intro misalnya. Berarti dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, kita tahu kapan saatnya menonjol, kapan harus mengemukakan pendapat dan kapan harus menjadi tidak dominant dan menjadi supporter saja.
     Nilai kerja keras misalnya. Dalam pendidikan musik, kerja keras pasti dibutuhkan untuk menguasai instrument yang dipelajari. Namun, bagaimana bila siswa sebenarnya belajar musik karena paksaan? Ya itu tidak masalah kaitannya dengan nilai kerja keras ini. Hal ini memberikan makna bahwa terkadang di dalam kehidupan, meskipun kita tidak suka, kita tetap harus bekerja keras. kita tidak selalu hanya melakukan apa yang kita suka. Contoh nyata yang sering ditemukan adalah seringkali meskipun tidak menyukai suatu pekerjaan, seseorang harus tetap melakukan pekerjaannya untuk bertahan hidup.
     Tentu masih banyak contoh lainnya yang bisa dipetik. Penulis tidak tahu apakah kawan-kawan yang berkerja di bidang yang sama setuju atau tidak, tapi, itu yang penulis temukan di perjalanan hidup. Seperti kata seorang seniman Indonesia, Iskandar Surya Putra, akhirnya pekerjaan itu sendiri yang akan mengajari kita. Akhir kata, musik memang bagian dari hidup kita dan tak pernah terpisahkan.

Monday, April 17, 2017

MANUSIA bukan Manusia


     Sudah lama rasanya sejak terakhir penulis menulis sebuah artikel opini seperti ini. Namun, entah mungkin sedang menganggur atau mau berusaha berbagi hal-hal yang diperoleh dari perenungan kehidupan akan hal-hal yang telah dialami. Ya, penulis memang adalah seorang yang mencintai spritualitas dan pengelolaan diri. Sudah lama berkecimpung di dunia meditasi. Semoga tulisan ini bisa memberikan faedah yang bermanfaat bagi semua pembacanya.

     Manusia? Apakah arti sebenarnya dari kata-kata itu? Tentu semua orang pasti sangat tahu apa, siapa, bagaimana manusia itu. Namun, seiring perjalanan waktu, makna manusia pun berbeda-beda. Tentu hal tersebut sah-sah saja. Pastinya, manusia itu kompleks dan holistik. Banyak sekali misteri di dalam nya. Bahkan, menurut penulis, ribuan penelitian maupun ilmu seperti psikologi, belum mampu menguak misteri mengenai manusia seutuhnya.

     Misteri mngenai manusia merupakan misteri sepanjang masa. Ilmu agama, psikologi mermerisme dan bidang ilmu lainnya terus meneliti mengenai manusia. Namun, pada tulisan ini, penulis ingin memberikan sudut pandang lain. Manusia, seringkali hanya menunjuk pada makhluk hidup yang bisa berbicara, berpikir, dan memiliki akal budi. Namun, apakah manusia hanya sebatas itu? Tentu pendapat setiap orang akan berbeda. Penulis ingin menunjuk sisi lain dari manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Hal pertama adaah mengenai hati nurani. Dalam istilah psikologi, hati nurani seringkali dikaitkan dengan super ego atau norma-norma yang berlaku. Hal ini tidak dimiliki makhluk hidup lainnya. Perasaan memahami mana yang benar dan mana yang salah merupakan sensor terbaik bagi manusia yang sebenarnya merupakan landasan bagi manusia untuk berpikir dan bertingkahlaku. Namun, kerapkali, hati nurani menjadi hal yang terabaikan dan kurang dilestarikan.

     Selain hati nurani, manusia memiliki kemampuan untuk memahami. Memahami segala sesuatu hal. Di dalam memahami sesuatu akan muncul pemahaman. Di dalam pemahaman akan muncul kesadaran. Oleh sebab itu sebagai manusia yang utuh, manusia membutuhkan keseimbangan akan pemahaman dan hati nurani. Keseimbangan dari kedua variable tersebut membuat manusia menjadi MANUSIA.

     Beberapa ahli spiritual berkata bahwa manusia dapat mencapai pencerahan sempurna dan berada di dalam kebersatuan dengan sang Ilahi. Meskipun terdengar mengawang-awang. Sebenarnya hal ini menjadi masuk akal apabila hati nurani dan pemahaman memperoleh keseimbangan dari satu level menuju level yang lainnya. Maka, ketika aspek-aspek tersebut semakin baik dan kuat, manusia akan mampu memahami menganai misteri Ilahi dan menemukan kebesaran Yang Ilahi. Alangkah luar biasanya! Bayangkan! MANUSIA bisa merasakan kerinduan akan Tuhan yang terobati, bagaikan sungai yang menemukan samudera, di sana manusia tak terputus dengan sumbernya, ia menjadi MANUSIA.

     Tentu hal semacam ini tidak semudah itu untuk dialami. Namun, dengan pelatihan benar dan keyakinan, maka semua hal itu SANGATLAH MUNGKIN!

Wednesday, March 6, 2013

Wawancara dan Prestasi

     Menarik untuk dipahami bahwa dalam bidang industri dan organisasi maupun pendidikan, keduanya menggunakan teknik wawancara yang dilakukan berdasarkan konteks yang berbeda. Pada bidang industri dan organisasi misalnya, wawancara diaplikasikan untuk melakukan rekrutmen kepada para pelamar pekerjaan. Selain itu, dalam konteks industri dan organisasi, interview dapat digunakan untuk menjadi bahan pertimbangan karyawan memperoleh promosi. Sedikit berbeda dalam konteks pendidikan. Pada konteks pendidikan, wawancara cenderung digunakan ketika seorang guru bimbingan konseling berusaha memperoleh informasi siswa yang memiliki masalah. Namun, wawancara juga dapat dilakukan dengan tujuan membantu siswa untuk menemukan minat dan bakatnya. Memang, dalam bidang industri organisasi, para karyawan yang dianggap bermasalah juga diwawancarai oleh konselor supaya dapat dilakukan tindakan yang tepat.
     Namun, menariknya, di bidang pendidikan maupun industri dan organisasi sebenarnya memiliki banyak kesamaan. Apa itu? Yakni, kedua hal tersebut ingin membuat atau memperoleh anggota perusahaan atau siswa menjadi sangat berprestasi. Bentuk wawancara yang dilakukan pada kedua bidang tersebut, mendukung kesuksesan pihak perusahaan maupun sekolah. Tentunya hal tersebut tidak mudah. Hal tersebut ditunjukkan dengan wawancara bukan merupakan satu-satunya teknik untuk memperoleh kesuksesan tersebut. Namun, assessment berupa alat tes lain dan metode lain, seperti adanya pelatihan juga sangat mendukung terjadinya kesuksesan tersebut.
     Oleh sebab itu, sebenarnya dapat diketahui bahwa wawancara adalah suatu teknik yang dapat digunakan dalam berbagai bidang untuk mencapai kesuksesan. Kesuksesan yang penulis masuk dapat berbentuk output prestasi, seperti nilai bagus (konteks pendidikan) atau profit yang tinggi (dalam bidang industri dan organisasi), maupun secara psikologis (well-being bagi siswa maupun karyawan)