Sudah lama rasanya sejak terakhir
penulis menulis sebuah artikel opini seperti ini. Namun, entah mungkin sedang
menganggur atau mau berusaha berbagi hal-hal yang diperoleh dari perenungan
kehidupan akan hal-hal yang telah dialami. Ya, penulis memang adalah seorang
yang mencintai spritualitas dan pengelolaan diri. Sudah lama berkecimpung di
dunia meditasi. Semoga tulisan ini bisa memberikan faedah yang bermanfaat bagi semua
pembacanya.
Manusia? Apakah arti sebenarnya dari
kata-kata itu? Tentu semua orang pasti sangat tahu apa, siapa, bagaimana
manusia itu. Namun, seiring perjalanan waktu, makna manusia pun berbeda-beda.
Tentu hal tersebut sah-sah saja. Pastinya, manusia itu kompleks dan holistik.
Banyak sekali misteri di dalam nya. Bahkan, menurut penulis, ribuan penelitian
maupun ilmu seperti psikologi, belum mampu menguak misteri mengenai manusia
seutuhnya.
Misteri mngenai manusia merupakan misteri sepanjang
masa. Ilmu agama, psikologi mermerisme dan bidang ilmu lainnya terus meneliti
mengenai manusia. Namun, pada tulisan ini, penulis ingin memberikan sudut
pandang lain. Manusia, seringkali hanya menunjuk pada makhluk hidup yang bisa
berbicara, berpikir, dan memiliki akal budi. Namun, apakah manusia hanya
sebatas itu? Tentu pendapat setiap orang akan berbeda. Penulis ingin menunjuk
sisi lain dari manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk lain. Hal pertama adaah
mengenai hati nurani. Dalam istilah psikologi, hati nurani seringkali dikaitkan
dengan super ego atau norma-norma yang berlaku. Hal ini tidak dimiliki makhluk
hidup lainnya. Perasaan memahami mana yang benar dan mana yang salah merupakan sensor
terbaik bagi manusia yang sebenarnya merupakan landasan bagi manusia untuk
berpikir dan bertingkahlaku. Namun, kerapkali, hati nurani menjadi hal yang
terabaikan dan kurang dilestarikan.
Selain hati nurani, manusia memiliki
kemampuan untuk memahami. Memahami segala sesuatu hal. Di dalam memahami
sesuatu akan muncul pemahaman. Di dalam pemahaman akan muncul kesadaran. Oleh
sebab itu sebagai manusia yang utuh, manusia membutuhkan keseimbangan akan
pemahaman dan hati nurani. Keseimbangan dari kedua variable tersebut membuat
manusia menjadi MANUSIA.
Beberapa ahli spiritual berkata bahwa
manusia dapat mencapai pencerahan sempurna dan berada di dalam kebersatuan dengan
sang Ilahi. Meskipun terdengar mengawang-awang. Sebenarnya hal ini menjadi
masuk akal apabila hati nurani dan pemahaman memperoleh keseimbangan dari satu
level menuju level yang lainnya. Maka, ketika aspek-aspek tersebut semakin baik
dan kuat, manusia akan mampu memahami menganai misteri Ilahi dan menemukan
kebesaran Yang Ilahi. Alangkah luar biasanya! Bayangkan! MANUSIA bisa merasakan
kerinduan akan Tuhan yang terobati, bagaikan sungai yang menemukan samudera, di
sana manusia tak terputus dengan sumbernya, ia menjadi MANUSIA.
Tentu hal semacam ini tidak semudah itu
untuk dialami. Namun, dengan pelatihan benar dan keyakinan, maka semua hal itu
SANGATLAH MUNGKIN!
No comments:
Post a Comment